apakah Al Qur'an itu?
Menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr.Subhi Al Salih berarti "bacaan",asal kata qara'a. Kata Al Qur'an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf'ul yaitu maqru (dibaca).Didalam Al Qur'an sendiri ada pemakaian kata "Qur'an"dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17,18 surat (75)Al Qiyamah yang artinya:
"sesungguhnya kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu)dan membacakannya. Apabila kami telah selesai membacakannya,maka ikutilah bacaannya itu"
kemudian dipakai kata "Qur'an"itu untuk Al-Qur'an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur'an ialah: "kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan(diwahyukan)kepada Nabi Muhammad saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah."
//Petikan diatas adalah materi yang aku dapatkan ketika Kuliah S1 Informatika di UNISSULA
Al-Qur'an atau Qur'an (bahasa Arab: القرآن, translit. al-Qurʾān, har. 'bacaan'; /kɔːrˈɑːn/[a] kor-AHN), atau Alquran dan Quran dalam bentuk baku Ejaan bahasa Indonesia, adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Tuhan, (bahasa Arab: الله, yakni Allah) kepada Nabi Muhammad.[5] Kitab ini terbagi ke dalam beberapa surah (bab) dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa ayat.
Umat Muslim percaya bahwa Al-Qur'an difirmankan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril,[6][7] berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan,[8] saat Nabi Muhammad berumur 40 tahun hingga wafat pada tahun 632.[5][9][10] Umat Muslim menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebagai salah satu tanda dari kenabian,[11] dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh Allah sejak Nabi Adam dan diakhiri dengan Nabi Muhammad.[b] Kata "Quran" disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur'an itu sendiri.[12]
Kiri: Al-Qur’an abad ke-11 Afrika Utara di British Museum. Kanan: Al-Qur’an − di Mashhad, Iran – ditulis oleh Ali bin Abi Thalib.
Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab menuliskan kembali wahyu Allah berdasarkan apa yang telah para sahabat hafalkan.[13] Setelah Nabi Muhammad wafat, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali Al-Qur'an ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari Umar bin Khattab dengan persetujuan para sahabat senior.
Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral.[14][15] Al-Qur’an digunakan bersama dengan hadis untuk menentukan hukum syari'ah.[16] Saat melaksanakan Salat, Al-Qur’an dibaca hanya dalam bahasa Arab.[17] Beberapa pakar Barat mengapresiasi Al-Qur’an sebagai sebuah karya sastra bahasa Arab terbaik di dunia.[18][19]
Seseorang yang menghafal isi Al-Qur'an disebut Al Hafidz. Beberapa umat Muslim membacakan Al-Qur’an dengan bernada, dan peraturan, yang disebut tajwid. Saat bulan suci Ramadan, biasanya umat Muslim melengkapi hafalan Dan membaca Al-Qur’an mereka setelah melaksanakan shalat tarawih. Untuk memahami makna dari al quran, umat Muslim menggunakan rujukan yang disebut tafsir.[20]
Pengertian Secara Etimologi
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa Alquran adalah bentuk kata benda infinitif (mashdar) dari kata qara`a (قرأ) yang bermakna membaca atau mengumpulkan.[c] Jika Alquran berasal dari kata qara`a yang bermakna membaca, maka Alquran berarti sesuatu yang dibaca, sedangkan jika berasal dari kata qara`a yang bermakna mengumpulkan, maka Alquran berarti sesuatu yang mengumpulkan, karena Alquran itu berisi kumpulan kisah-kisah dan hukum.[21]
Al-Qur'an menjelaskan bahwa kitab ini adalah sebuah "pembeda" (al-furqān), "buku ibu" (umm al-kitāb), "petunjuk" (huda), "kebijaksanaan" (hikmah), "pengingat" (Dzikr) dan "wahyu" (tanzīl; sesuatu yang diturunkan, menandakan sebuah objek yang diturunkan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah).[22] Istilah lainnya yakni al-kitāb (Buku), yang juga digunakan dalam bahasa Arab untuk skriptur lain, seperti Taurat dan Injil, Kata sifat "Quran" memiliki transliterasi yang beragam, termasuk "quranic", "koranic", dan "qur'anic", atau dikapitasisasikan menjadi "Qur'anic", "Koranic", dan "Quranic". Istilah lain dari Al-Qur'an adalah mushaf ('karya tulisan'). Transliterasi "Quran" lainnya termasuk "al-Coran", "Coran", "Kuran", dan "al-Qurʼan".[23]
Konsep pemakaian kata-kata tersebut dapat juga dijumpai pada salah satu surah Al-Qur'an sendiri yakni pada Surah Al-Qiyamah ayat 17 dan 18 yang artinya:
"Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya". (Al-Qiyāmah 75:17-18)[24]
Pengertian Secara Terminologi
Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad yang dapat menjadi sarana ibadah dengan membacanya.[25]
Allah telah berfirman tentang berbagai definisi Al-Qur'an,[d] serta terdapat penegasan bahwa tiada yang mengingkari Al-Qur'an selain golongan yang celaka.[26]
Mayoritas ahli tafsir sepakat bahwa wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad adalah surah Al-'Alaq ayat 1-5.[27] Walaupun hal demikian tidak tertulis secara langsung di Al-Qur'an.[28]
Para ahli tafsir memiliki definisi tersendiri tentang Al-Qur'an, semisal Dr. Subhi Saleh yang mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah".
Adapun Muhammad Ali Ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas, firman Allah yang diturunkan kepada nabi selain nabi Muhammad, tidak dinamakan Al-Qur'an, tetapi dinamakan sebagai hadis qudsi.
Nama - nama Lain
Menurut sebagian ahli tafsir, terdapat banyak istilah dalam berbagai ayat Al-Qur'an yang dianggap merujuk sebagai nama lain Al-Qur'an.[22][29] Berikut merupakan nama-nama tersebut serta ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab (Buku)[30][31]
Al-Furqan (Pembeda benar salah)[32]
Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)[33]
Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)[34]
Al-Hukm (Peraturan/hukum)[35]
Al-Hikmah (Kebijaksanaan)[36]
Asy-Syifa (Obat/penyembuh)[34][37]
Al-Huda (Petunjuk)[34][38][39][40]
At-Tanzil (Yang diturunkan)[41]
Ar-Rahmat (Karunia)[38]
Ar-Ruh (Ruh)[42]
Al-Bayan (Penerang)[43]
Al-Kalam (Ucapan/firman)[44]
Al-Busyra (Kabar gembira)[45]
An-Nur (Cahaya)[46]
Al-Basha'ir (Pedoman)[47]
Al-Balagh (Penyampaian/kabar)[48]
Al-Qaul (Perkataan/ucapan)[49]
Struktur Al Qur'an
Al-Qur'an terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut riwayat Hafsh,[50] 6262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 6214 ayat menurut riwayat Warsy.[51][52] Secara umum, Al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal dengan nama juz. Pembagian juz memudahkan mereka yang ingin menuntaskan pembacaan Al-Qur'an dalam kurun waktu 30 hari. Terdapat pembagian lain yang disebut manzil, yang membagi Al-Qur'an menjadi 7 bagian.
Surah
Setiap surah dalam Al-Qur'an terdiri atas sejumlah ayat, mulai dari surah-surah yang terdiri atas 3 ayat; yakni surah Al-Kautsar, An-Nasr dan Al-Asr, hingga surah yang mencapai 286 ayat; yakni surah Al-Baqarah. Surah-surah umumnya terbagi ke dalam subbagian pembahasan yang disebut ruku.'
Lafadz Bismillahirahmanirrahim (بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) merupakan ciri di hampir seluruh pembuka surah di Al-Qur'an selain Surah At-Taubah. Walaupun demikian, terdapat 114 lafadz Bismillahirahmanirrahim yang setara dengan jumlah 114 surah dalam Al-Quran, oleh sebab lafadz ini disebut dua kali dalam Surah An-Naml, yakni pada bagian pembuka surah serta pada ayat ke-30 yang berkaitan dengan sebuah surat dari raja Sulaiman kepada ratu Saba.
Makkiyah dan Madaniyah
Menurut tempat diturunkannya, surah-surah dapat dibagi atas golongan Makkiyah (surah Mekkah) dan golongan Madaniyah (surah Madinah).[53] Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu yang diperkirakan terjadi penurunan surah maupun ayat tertentu, di mana surah-surah yang turun sebelum Rasulullah S.A.W. hijrah ke Madinah digolongkan sebagai surah Makkiyah sementara surah-surah yang turun setelahnya tergolong sebagai surah Madaniyah.
Surah yang turun di Mekkah pada umumnya surah-surah dengan jumlah ayat yang sedikit, berisi prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan surah-surah yang turun di Madinah pada umumnya memiliki jumlah ayat yang banyak, berisi peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan, ataupun seseorang dengan lainnya (syari'ah) maupun pembahasan-pembahasan lain. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini dianggap lebih tepat, sebab terdapat surah Madaniyah yang turun di Mekkah.[54]
Penggolongan menurut jumlah ayat
Dari segi jumlah ayat, surah-surah yang ada di dalam Al-Qur'an terbagi menjadi empat bagian:
Al-Sab' al-ṭiwāl (tujuh surah yang panjang), enam di antaranya surah Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa', Al-A'raaf, Al-An'aam, dan Al Maa-idah. Surah yang ketujuh adalah Surah Al-Anfal dan Surah At-Taubah sekaligus.
Al-Mi'ūn (seratus ayat lebih), seperti Syu'ara, Hud, Yusuf, Al-Mu'min, As-Saffat, Ta Ha, An-Nahl, Al-Anbiya, Al-Isra dan Al-Kahfi.
Al-Maṡānī (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr. Maryam, Al-Waqi'ah, An-Naml, Az-Zukhruf, Al-Qasas, Shaad, Al-Mu'minun, Yasin dan sebagainya.
Al-Mufaṣṣal (surah-surah singkat), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya.
Sejarah penulisan mushaf Al-Qur'an
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak.[55] Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.
Periode penurunan Al-Qur'an
Al-Qur'an tidak turun secara sekaligus dalam satu waktu melainkan berangsur-angsur supaya meneguhkan diri Rasul.[56] Menurut sebagian ulama, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari; dan ada pula sebagian ulama lain yang berpendapat bahwa Al-Qur'an diwahyukan secara bertahap dalam kurun waktu 23 tahun (dimulai pada 22 Desember 603 M).[57] Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah yang membentuk penggolongan surah Makkiyah dan surah Madaniyah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah S.A.W. dan surah-surah yang turun pada waktu ini tergolong surah Makkiyyah. Sementara periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surah yang turun pada kurun waktu ini disebut surah Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang maupun sebab suatu ayat atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut Asbabun Nuzul.
Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan ayat-ayat al-Qur'an dilakukan serta diselesaikan pada masa nabi Muhammad yang merupakan seorang Arab,[58][59][60] Pertanggungjawaban isi Al-Qur'an berada pada Allah, sebab kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dijamin oleh Allah.[61] Sementara itu sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa transformasi Al-Qur'an menjadi teks saat ini tidak diselesaikan pada zaman nabi Muhammad, melainkan proses penyusunan Al-Qur'an berlangsung dalam jangka waktu lama sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga khalifah Utsman bin Affan.
Masa Nabi Muhammad
Menurut riwayat para ahli tafsir, ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.[62] Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Masa Khulafaur Rasyidin
Pemerintahan Abu BakarPada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.
Pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadis riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
“ Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al-Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'." ”
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al-Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraisy tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Namun terdapat keterangan bahwa dialek bahasa yang dipergunakan di Al-Qur'an merupakan dialek Arab murni.[63]
Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, Utsman mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan Madinah (mushaf al-Imam).
=========
Bahasa Indonesia
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahannya.
Baidan, Nashruddin (2003). Perkembangan Tafsir Al-Qur'an di Indonesia. Solo: Tiga Serangkai. ISBN 9789796682133.
Baltaji, Muhammad (2005). Metodologi Ijtihad Umar bin Al Khatab. (terjemahan H. Masturi Irham, Lc). Jakarta: Khalifa. ISBN 979-99129-0-3.
Faridl, Miftah; Syihabudin, Agus (1989). Al-Qur'an, Sumber Hukum Islam yang Pertama. Bandung: Penerbit Pustaka. OCLC 65583166.
Ichwan, Muhammad Nor (2001). Memasuki Dunia Al-Qur'an. Semarang: Lubuk Raya.
Ilyas, Yunahar (1997). Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur'an Klasik dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shihab, Muhammad Quraish (1993). Membumikan Al-Qur'an. Bandung: Mizan.
Wahid, Marzuki (2005). Studi Al-Qur'an Kontemporer: Perspektif Islam dan Barat. Bandung: Pustaka Setia.
Bahasa Asing
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih (2001). Ushûl fî at-Tafsîr (dalam bahasa bahasa Arab). Al-Maktabah al-Islamiyyah. Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
Hixon, Lex (2003). The heart of the Qurʼan : an introduction to Islamic spirituality (edisi ke-2.). Quest. ISBN 0835608220.
Hawting, G.R. (1993). Approaches to the Qur'ān (edisi ke-1. publ.). Routledge. ISBN 978-0-415-05755-4.
Rippin, Andrew (2006). The Blackwell companion to the Qur'an. Blackwell. ISBN 1-4051-1752-4.
Tabatabae, Sayyid Mohammad Hosayn (1988). The Qur'an in Islam: Its Impact and Influence on the Life of Muslims. Routledge. ISBN 978-0-7103-0266-3.
Neal Robinson, Discovering the Qur'an, Georgetown University Press, 2002. ISBN 978-1-58901-024-6
Sells, Michael, Approaching the Qur'ān: The Early Revelations, White Cloud Press, Book & CD edition (15 November 1999). ISBN 978-1-883991-26-5
Wild, Stefan (1996). The Quʼran as Text. Brill. ISBN 978-90-04-09300-3.
Bell, Richard; William Montgomery Watt (1970). Bell's introduction to the Qurʼān. Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-0597-2.
Rahman, Fazlur (2009) [1989]. Major Themes of the Qur'an (edisi ke-Second). University Of Chicago Press. ISBN 978-0-226-70286-5.
Peters, F. E. (1991). "The Quest of the Historical Muhammad". International Journal of Middle East Studies.
Peters, Francis E. (2003). The Monotheists: Jews, Christians and Muslims in Conflict and Competition. Princeton University Press. ISBN 978-0-691-12373-8.
Nasr, Seyyed Hossein (2007). "Qurʾān". Encyclopædia Britannica Online.
Nasr, Seyyed Hossein (2003). Islam: Religion, History and Civilization. HarperSanFrancisco. ISBN 978-0-06-050714-5.
Kugle, Scott Alan (2006). Rebel Between Spirit And Law: Ahmad Zarruq, Sainthood, And Authority in Islam. Indiana University Press. ISBN 978-0-253-34711-4.
Esposito, John; Yvonne Yazbeck Haddad (2000). Muslims on the Americanization Path?. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-513526-8.
Corbin, Henry (1993) [1964 (in French)]. History of Islamic Philosophy, Translated by Liadain Sherrard, Philip Sherrard. London; Kegan Paul International in association with Islamic Publications for The Institute of Ismaili Studies. ISBN 978-0-7103-0416-2.
Rahman, Fazlur (2009) [1989]. Major Themes of the Qur'an (edisi ke-Second). University Of Chicago Press. ISBN 978-0-226-70286-5.
Allen, Roger (2000). An Introduction to Arabic literature. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-77657-8.
Tafsir:
Artikel utama: Daftar tafsir
Al-Tabari, Jāmiʻ al-bayān ʻan taʼwīl al-qurʼān, Cairo 1955–69, transl. J. Cooper (ed.), The Commentary on the Qurʼān, Oxford University Press, 1987. ISBN 978-0-19-920142-6
Tabatabae, Sayyid Mohammad Hosayn. Tafsir al-Mizan.
Pembelajaran:
Stowasser, Barbara Freyer. Women in the Qur'an, Traditions and Interpretation, Oxford University Press; Reprint edition (1 June 1996), ISBN 978-0-19-511148-4
Gibson, Dan (2011). Qur'anic Geography: A Survey and Evaluation of the Geographical References in the Qur'an with Suggested Solutions for Various Problems and Issues. Independent Scholars Press, Canada. ISBN 978-0-9733642-8-6.
McAuliffe, Jane Dammen (1991). Qurʼānic Christians : an analysis of classical and modern exegesis. New York: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-36470-6.
Siljander, Mark D.; Mann, John David (2008). A Deadly Misunderstanding: a Congressman's Quest to Bridge the Muslim-Christian Divide. New York: Harper One. ISBN 9780061438288.
Literatur kritik:
M. M. Al-Azami (2003). The History of The Qur'anic Text: From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments (edisi ke-First). UK Islamic Academy. ISBN 1-872531-65-2.
Gunter Luling (2003). A challenge to Islam for reformation: the rediscovery and reliable reconstruction of a comprehensive pre-Islamic Christian hymnal hidden in the Koran under earliest Islamic reinterpretations. New Delhi: Motilal Banarsidass Publishers. (580 Seiten, lieferbar per Seepost). ISBN 978-81-208-1952-8.
Luxenberg, Christoph (2004). The Syro-Aramaic Reading of the Koran: a contribution to the decoding of the language of the Koran, Berlin, Verlag Hans Schiler, 1 May 2007. ISBN 978-3-89930-088-8.
Puin, Gerd R.. "Observations on Early Quran Manuscripts in Sana'a", in The Qurʾan as Text, ed. Stefan Wild, E. J. Brill 1996, pp. 107–111.
Wansbrough, John. Quranic Studies, Oxford University Press, 1977
Ibn Warraq (editor) (2013). Koranic Allusions: The Biblical, Qumranian, and Pre-Islamic Background to the Koran. Prometheus Books. hlm. 463. ISBN 978-1616147594.
Ensiklopedia:
Encyclopaedia of the Qur'an. Jane Dammen McAuliffe et al. (eds.) (edisi ke-First). Brill Academic Publishers. 2001–2006. ISBN 978-90-04-11465-4.
The Qur'an: An Encyclopedia. Oliver Leaman et al. (eds.) (edisi ke-First). Routledge. 2005. ISBN 978-0-415-77529-8.
The Integrated Encyclopedia of the Qur'an. Muzaffar Iqbal et al. (eds.) (edisi ke-First). Center for Islamic Sciences. January 2013. ISBN 978-1-926620-00-8.
Jurnal Akademik:
"Journal of Qur'anic Studies / Majallat al-dirāsāt al-Qurʹānīyah". School of Oriental and African Studies. ISSN 1465-3591.
"Journal of Qur'anic Research and Studies". Medina, Saudi Arabia: King Fahd Qur'an Printing Complex.
=========
Tags
Belajar Agama Islam